Jumat, 06 April 2012

syirik dan dosa


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ada tiga sebab fundamental munculnya perilaku syirik, yaitu al-jahlu (kebodohan), dhai’ful iiman (lemahnya iman), dan taqliid (ikut-ikutan secara membabi-buta).
Al-jahlu sebab pertama perbuatan syirik. Karenanya masyarakat sebelum datangnya Islam disebut dengan masyarakat jahiliyah. Sebab, mereka tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Dalam kondisi yang penuh dengan kebodohan itu, orang-orang cendrung berbuat syirik. Karenanya semakin jahiliyah suatu kaum, bisa dipastikan kecenderungan berbuat syirik semakin kuat. Dan biasanya di tengah masyarakat jahiliyah para dukun selalu menjadi rujukan utama. Mengapa? Sebab mereka bodoh, dan dengan kobodohannya mereka tidak tahu bagaimana seharusnya mengatasi berbagai persoalan yang mereka hadapi. Ujung-ujungnya para dukun sebagai narasumber yang sangat mereka agungkan.
Penyebab kedua perbuatan syirik adalah dhai’ful iimaan (lemahnya iman). Seorang yang imannya lemah cenderung berbuat maksiat. Sebab, rasa takut kepada Allah tidak kuat. Lemahnya rasa takut kepada Allah ini akan dimanfaatkan oleh hawa nafsu untuk menguasai diri seseorang. Ketika seseorang dibimbing oleh hawa nafsunya, maka tidak mustahil ia akan jatuh ke dalam perbuatan-perbuatan syirik seperti memohon kepada pohonan besar karena ingin segera kaya, datang ke kuburan para wali untuk minta pertolongan agar ia dipilih jadi presiden, atau selalu merujuk kepada para dukun untuk suapaya penampilannya tetap memikat hati orang banyak.
Taqliid sebab yang ketiga. Al-Qur’an selalu menggambarkan bahwa orang-orang yang menyekutukan Allah selalu memberi alasan mereka melakukan itu karena mengikuti jejak nenek moyang mereka. Allah berfirman,“Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata, ‘Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya.’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji.’ Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?” (QS. Al-A’raf: 28).

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Syirik
Syirik yaitu menyamakan selain Allah dengan Allah dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Umumnya menyekutukan dalam Uluhiyyah Allah, yaitu hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah disamping berdo’a kepada Allah, atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih (kurban), bernadzar, berdo’a dan sebagainya kepada selainNya.
Karena itu, barangsiapa menyembah selain Allah berarti ia meletakkan ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak, dan itu merupakan kezhaliman yang paling besar.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Sesungguhnya menyekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar”[ Luqman: 13]
Allah tidak akan mengampuni orang yang berbuat syirik kepadaNya, jika ia meninggal dunia dalam kemusyrikannya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”.[An-Nisaa': 48]
Surga-pun Diharamkan Atas Orang Musyrik.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan Surga kepadanya, dan tempatnya ialah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun”[ Al-Maa'idah: 72]
Syirik Menghapuskan Pahala Segala Amal Kebaikan.
Allah Azza wa Jalla berfirman.
“Artinya : Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan”[Al-An'aam: 88]
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Artinya : Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (Nabi-Nabi) sebelummu: “Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”[Az-Zumar: 65]
Orang Musyrik Itu Halal Darah Dan Hartanya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : …Maka bunuhlah orang-orang musyirikin dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian…”[At-Taubah: 5]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq melainkan Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, dan membayar zakat. Jika mereka telah melakukan hal tersebut, maka darah dan harta mereka aku lindungi kecuali dengan hak Islam dan hisab mereka ada pada Allah Azza wa jalla”[2]
Syirik adalah dosa besar yang paling besar, kezhaliman yang paling zhalim dan kemungkaran yang paling mungkar.
Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: "Wahai anak Adam, seandainya engkau datang kepadaku dengan kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau menjumpaiku dalam keadaan tidak berbuat syirik dengan apapun niscaya aku akan datang kepadamu dengan pengampunan sepenuh bumi pula". Jika anak Adam datang dengan dosa sepenuh bumi, kemudian menjumpai Allah dalam keadaan memurnikan ibadah hanya untuk-Nya dan tidak berbuat syirik kepada-Nya baik syirik besar, syirik kecil maupun syirik yang tersembunyi, hatinya ikhlas hanya kepada Allah, tidak ada pada hatinya kecuali Allah dan tidak merasa cemas kecuali hanya kepada-Nya, tidak berharap kecuali hanya kepada-Nya, tidak berbuat syirik dalam bentuk apapun pada-Nya, niscaya Allah SWT akan mengampuni seluruh dosa-dosanya.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman: “kemudian engkau menjumpaiku dalam keadaan tidak berbuat syirik dengan apapun niscaya aku akan datang kepadamu dengan pengampunan sepenuh bumi pula”. Hal ini menunjukkan kebaikan dan besarnya rahmat Allah pada para hamba-Nya.
Ya Allah segala puji bagi-Mu atas nama-nama dan sifat-Mu. Ya Allah segala puji bagi-Mu atas nikmat syariat Islam yang engkau berikan pada kami. Ya Allah segala puji bagi-Mu atas nikmat diutusnya nabi-Mu Muhammad SAW yang engkau berikan pada kami. Ya Allah segala puji bagi-Mu atas anugerah yang engkau berikan pada kami untuk mengikuti jalan para salafushalih. Ya Allah segala puji bagi-Mu atas anugerah-Mu pada kami berupa ampunan untuk segala dosa, menunjukkan pada perbuatan baik, dan mengampuni segala kesalahan. Ya Allah segala puji bagi-Mu atas nikmat-Mu yang Agung. Ya Allah segala puji bagi-Mu dan engkaulah yang paling berhak untuk mendapatkan seluruh pujian.
Al-Qur’an juga memberikan gambaran kepada kita mengenai akibat perbuatan syirik dengan gambaran yang sangat mengerikan : “Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang amat jauh”. (Q.S. 22 : 30).
Rasulullah juga mengatakan bahwa perbuatan syirik merupakan dosa yang berada di atas dosa-dosa besar lainnya:
أَلاَاُنَبِّئُكُمْ بِاَكْبَرِالْكَبَائِرِ ثَلاَثًا: اَلإِشْرَاكُ بِا اللهِ، وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ، وَشَهَادَةُ الزُّوْرِ (رواه المسل
“Ingatlah, aku hendak menceritakan kepada kalian tentang dosa-dosa yang paling besar – beliau mengulanginya tiga kali – yaitu syirik (menyekutukan Allah), menyakiti kedua orang tua, dan membuat kesaksian palsu atau perkataan palsu (Hadits riwayat Muslim)”.
Rasulullah juga memperingatkan kita agar kita jangan sampai terperosok ke dalam tujuh macam perbuatan dosa yang menghancurkan, terutama perbuatan menduakan Allah. Sebab, syirik adalah dosa yang paling besar, dan perbuatan syirik ibarat menghina Allah Maha Pencipta dan Maha Pengatur seluruh alam ini. Apabila seseorang menjadikan Tuhan selain Allah, berarti ia menganggap Allah itu lemah, yang sudah barang tentu merupakan perbuatan kurang ajar terhadap kekuasaan Allah yang Maha Agung.
B.     Jenis-jenis syirik.
Syirik Ada Dua Jenis : Syirik Besar dan Syirik Kecil.
[1]. Syirik Besar
Syirik besar bisa mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menjadikannya kekal di dalam Neraka, jika ia meninggal dunia dan belum bertaubat daripadanya.
Syirik besar adalah memalingkan sesuatu bentuk ibadah kepada selain Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah atau mendekatkan diri kepadanya dengan penyembelihan kurban atau nadzar untuk selain Allah, baik untuk kuburan, jin atau syaitan, atau mengharap sesuatu selain Allah, yang tidak kuasa memberikan manfaat maupun mudharat.
Syirik Besar Itu Ada Empat Macam.
a.       Syirik Do’a, yaitu di samping dia berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia juga berdo’a kepada selainNya. [3]
b.      Syirik Niat, Keinginan dan Tujuan, yaitu ia menunjukkan suatu ibadah untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala [4]
c.       Syirik Ketaatan, yaitu mentaati kepada selain Allah dalam hal maksiyat kepada Allah [5]
d.      Syirik Mahabbah (Kecintaan), yaitu menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal kecintaan. [6]
[2]. Syirik Kecil.
Syirik kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, tetapi ia mengurangi tauhid dan merupakan wasilah (perantara) kepada syirik besar.
Syirik Kecil Ada Dua Macam.
[a]. Syirik Zhahir (Nyata), yaitu syirik kecil yang dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Dalam bentuk ucapan misalnya, bersumpah dengan nama selain Allah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah berbuat kufur atau syirik”[7]
Qutailah Radhiyallahuma menuturkan bahwa ada seorang Yahudi yang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan berkata: “Sesungguhnya kamu sekalian melakukan perbuatan syirik. Kamu mengucapkan: “Atas kehendak Allah dan kehendakmu” dan mengucapkan: “Demi Ka’bah”. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan para Shahabat apabila hendak bersumpah supaya mengucapkan, “Demi Allah Pemilik Ka’bah” dan mengucapkan: “Atas kehendak Allah kemudian atas kehendakmu”[8]
Syirik dalam bentuk ucapan, yaitu perkataan.
“Kalau bukan karena kehendak Allah dan kehendak fulan”
Ucapan tersebut salah, dan yang benar adalah.
“Kalau bukan karena kehendak Allah, kemudian karena kehendak si fulan”
Kata (kemudian) menunjukkan tertib berurutan, yang berarti menjadikan kehendak hamba mengikuti kehendak Allah.[9]
[b]. Syirik Khafi (Tersembunyi), yaitu syirik dalam hal keinginan dan niat, seperti riya’ (ingin dipuji orang) dan sum’ah (ingin didengar orang) dan lainnya.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil. “Mereka (para Shahabat) bertanya: “Apakah syirik kecil itu, ya Rasulullah?” .Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Yaitu riya’”[10]
Ø  Perbedaan Syirik Besar Dan Syirik Kecil.
Syirik Akbar atau syirik besar adalah syirik yang membatalkan syahadat dan keislaman seseorang, sedangkan syirik ashghar adalah tindakan maksiat yang oleh Allah dan Rasulnya dinamakan dengan syirik tetapi tidak membatalkan syahadat dan keislaman seseorang.
Contoh syirik akbar adalah berdo’a kepada selain Allah, menyembelih binatang untuk berhala, mentaati perintah seseorang untuk bermaksiat dan lain-lain.
Adapun contoh syirik ashghar adalah bersumpah dengan nama selain Allah, sebagaimana sabda Rasulullah
مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ كَفَرَ وَأَشْرَكَ
Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah, maka ia telah kufur atau syirik. (HR Abu dawud, at-Tirmidzi dan Ahmad)
Ø  Akibat Syirik:
Syirik tidak diridlai Allah, kedzaliman yang besar dan mengakibatkan bencana di dunia dan neraka di akhirat. Orang musyrik akan menyesal di akhirat, tuhan yang mereka sekutukan tidak dapat menolongnya dari azab Allah . Kaum Nabi Nuh ditimpa bencana berupa air bah yang menenggelamkan dunia . Dalam hal ini Allah berfirman:
Dan difirmankan: “Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah, ” Dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: “Binasalah orang-orang yang zalim. ” .



C.    Bertaubat Dari Syirik
Adapun bertaubat dari perbuatan kedua jenis syirik tersebut tentunya disesuaikan dengan jenis syiriknya. Bila bertaubat dari syirik akbar tentunya dengan masuk Islam kembali, karena pada hakekatnya pelakunya telah murtad (keluar dari Islam). Sedangkan bretaubat dari syirik ashghor ialah dengan meminta ampun kepada Allah Ta’ala dan menyempurnakan tauhidnya sehingga terjauh dari kedua jenis syirik tersebut. Maka kita harus rajin-rajin mempelajari tauhid dan segala prebuatan syirik yang akan merusakkannya. Dan setiap saat kita harus bertaubat dari perbuatan syirik yang kita ketahui atau yang kita tidak ketahui.
Ø  Dosa Syirik:
Syirik adalah dosa besar, karena:
1.        syirik adalah tindakan penyerupaan makhluk dengan khaliq dalam masalah-masalah ketuhanan (uluhiyah). Mensejajarkan (menyekutukan) sesuatu bersama Allah adalah tindak penyerupaan sesuatu itu dengan Allah. Ini adalah kedzaliman yang besar. Allah SWT berfirman [إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ] (sesungguhnya syirik itu benar-benar merupakan kedzaliman yang besar). Dzalim adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya dan mempersembahkannya bukan kepada yang berhak.
2.        Allah mengabarkan bahwa Dia tidak mengampuni dosa syirik, jika ia tidak bertaubat. Allah SWT berfirman: [إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا ] (Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar).
3.        Allah mengabarkan bahwa Dia mengharamkan surga bagi orang musyrik dan bahwasanya ia akan kekal dan dikekalkan di neraka jahannam. Allah berfirman: [إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ ] (\\\\\\\\\\\\\\\” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun).
4.        Allah memberitakan bahwa syirik itu melenyapkan pahala semua amalan. Allah berfirman: [وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ] ( Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan), juga firman-Nya: [وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ ] (Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: ”Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi) dsb.

Ø  Sikap Yang Dianjurkan Dalam Menghadapi Kaum Musyrik
Thema Al-Qur’an tentang syirik adalah thema yang sangat serius, mengandung pesan-pesan yang sangat berharga, nasehat-nasehat bijak demi kebaikan dan kesejahteraan ummat manusia. Masalah syirik adalah masalah yang memamng serius, oleh karenanya haruslah kita hadapi dengan serius dan penuh kesabaran. Di bawah ini adalah sikap-sikap yang dianjurkan dalam menghadapi kaum musyrikin sesuai ajaran Al-Qur’an:
1.          Nabi Ibrahim harus dijadikan contoh, seorang nabi yang hanif tidak musyrik , selalu berdakwah dengan hikmah , mau’idhah hasanah dan logika sehat .
2.          Mencari titik temu dengan kaum musyrikin dan ahlul kitab untuk bertauhid saja (dialog / dakwah billisan)
3.          Aktif menyuarakan tauhid dan menginformasikan kesesatan-kesesatan dan kelemahan syirik dan akibatnya .
4.          Ikrar tauhid di hadapan Allah dan manusia
5.          Tidak menikahkan kaum mu’min dengan kaum musyrikin,baik laki-laki mauun perempuan
Ø  Kandungan pada ayat-ayat dan hadits-hadits di atas:
1.      Syirik adalah perbuatan dosa yang harus ditakuti dan dijauhi.
2.      Riya termasuk perbuatan syirik.
3.      Riya termasuk syirik ashghor (kecil. Jadi syirik terbagi menjadi dua macam;            yaitu syirik akbar (besar): memperlakukan sesuatu selain Alloh sama dengan    Alloh, dalam hal-hal yang merupakan hak khusus baginya.
4.      Syirik ashghor ini adalah perbuatan dosa yang paling dikhawatirkan oleh    Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam terhadap para shohabatnya, padahal    mereka itu adalah orang-orang sholih.
5.      Surga dan neraka benar-benar ada, dan keduanya merupakan makhluk ciptaan        Alloh subhanahu wa ta’ala.
6.      Barangsiapa mati dalam keadaan tidak berbuat syirik kepada Alloh sedikitpun,      ia dijanjikan masuk surga. Tetapi barangsiapa meninggal dalam keadaan            menyekutukan Alloh, maka ia akan masuk neraka jahannam, sekalipun banyak   sekali peribadatan yang telah ia kerjakan.
7.      Masalah penting, yaitu: bahwa Nabi Ibrohim memohon kepada Alloh untuk           dirinya dan anak cucunya supaya dijauhkan dari perbuatan menyembah            berhala.
8.      Nabi Ibrohim mengambil pelajaran dari keadaan sebagian besar manusia.
9.      Bab ini mengandung tafsiran kalimat “La Ilaha Illalloh”.
10.  Keutamaan bagi orang yang dirinya bersih dari syirik. Yaitu masuk surga yang       penuh dengan kenikmatan yang tiada tara, belum pernah terbetik dalam             pikiran, dilihat oleh mata manusia.









BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan:
Dari uraian tersebut di atas kita dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Syirik adalah kedzalima yang sangat besar, oleh karenanya bisa melenyapkan segala kebaikan, dosanya tidak diampuni [kecuali jika ia bertaubat], dan di neraka ia akan kekal dan dikekalkan
2.      Syirik menumbuhkan sifat-sifat buruk, seperti : rakus, tamak, kejam, keji, mungkar, dengki, penakut, dan keberanian membikin syari’at sendiri.
3.      Haram menikah dengan orang musyrik, baik laki-laki maupun perempuan.
4.      Kita diperintahkan mencari titik temu dengan ahli kitab, agar mereka kembali kepada tauhid.
5.      Kita diperintahkan aktif menyuarakan tauhid dan membeberkan kesesatan syirik
6.      Tuhan yang mereka jadikan sebagai sekutu Allah tidak dapat membela mereka di akhirat
7.      Kita diperintah berpaling dari kaum musyrikin, jika mereka tetap membangkang setelah kita peringatkan, dengan tetap mengikuti wahyu Allah.?
8.      Orang musyrik dengan kemusyrikannya membikin seribu alasan untuk membenarkan tindakannya.
9.      Membunuh anak, adalah kebiasaan orang musyrik dari dahulu sampai sekarang
10.  Tauhid mengajarkan kebaikan, kebersihan dan peradaban tinggi









DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Jarir Ath-Thabari, Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an, Al-Ma’rifah, 1990
Abu Abdillah al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, Dar al-kutub al-Ilmiyah
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim (Tafsir Ibnu Katsir), Dar Ihya at-Turats al-‘Arabi
Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Ar-Rahiq al-Makhtum, Dar as-Salam, Riyadl, 1414 H / 1993

Tidak ada komentar:

Posting Komentar