Jumat, 06 April 2012

KONSEP ISLAM TUHAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Alquran merupakan kitab suci pedoman seluruh umat Islam yang memiliki mukjizat paling besar. Oleh karena itu umat Islam perlu mengkaji lebih jauh terkait isi kandungan Alquran sehingga akan diketahui hakekat makna dalam Alquran itu. Untuk mengetahui kandungan Alquran itu diperlukan suatu metode keilmuan yang dikenal dengan nama ulumul quran. Menurut Az-Zarqani, ulumul quran merupakan suatu bidang studi yang membahas tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Alquran, baik dilihat dari segi turunnya, urutannya, pengumpulannya, penulisannya, bacaannya, penafsirannya, kemu’jizatannya, nasikh mansukhnya, penolakan hal-hal yang menimbulkan keraguan terhadap Alquran dan sebagainya.
Dalam Alquran terdapat beberapa pokok-pokok kandungan. Diantara pokok-pokok kandungan Alquran adalah aqidah, syariah, akhlak, sejarah, iptek, dan filsafat. Sebagian orang seperti Mahmud Syaltut, membagi pokok ajaran Alquran menjadi dua pokok ajaran, yaitu Akidah dan Syariah.1 Namun sesuai dengan tema makalah ini hanya akan dijelaskan secara lebih rinci terkait dengan bidang sejarah. Kandungan Alquran tentang sejarah atau kisah-kisah disebut dengan istilah Qashashul Quran (kisah-kisah Alquran). Bahkan ayat-ayat yang berbicara tentang kisah jauh lebih banyak ketimbang ayat-ayat yang berbicara tentang hukum. Hal ini memberikan isyarat bahwa Alquran sangat perhatian terhadap masalah kisah, yang memang di dalamnya banyak mengandung pelajaran (ibrah). Sesuai firman Allah yang artinya: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Alquran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”.[QS yusuf : 111].
BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN QASHASH AL QUR’AN
Dari segi bahasa, kata qashash berasal dari bahasa arab al qashshu atau al qishshatu yang berarti cerita.3 dikatakan قَصَصْتُ أَثَرَهً artinya, “saya mengikuti atau mencari jejaknya”. Kata al qashash adalah bentuk masdar. Firman allah: فَارْتَدَّا عَلىٰ آثَارِهِمَاقَصَصًا (al kahfi :64). Dan firman allah melalui lisan ibu musa: وَقَالَتْ لأُ خِتِهِ قُصِّيهِ (dan berkatalah ibu musa kepada saudaranya yang perempuan: ikutilahdia.) [al qashash : 11]. Maksudnya, ikutilah jejaknya sampai kamu melihat siapa yang mengambilnya. Qashash berarti berita yang berurutan. Firman allah: إِنْ هَذَا لَهُوَالْقَصَصُ الْحَقُّ (sesungguhnya ini adalah berita yang benar.) [ali imran : 62]. Sedang al qishah berarti urusan, berita, perkara dan keadaan. Qashash al qur’an adalah pemberitaan qur’an tentang hal ihwal umat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.4
B.     MACAM-MACAM KISAH DALAM AL QUR’AN
Kisah-kisah dalam al qur’an ada tiga macam.
1.      Kisah para Nabi terdahulu. Kisah ini mengandung informasi mengenai dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat yang memperkuat dakwahnya, sikap orang-orang yang memusuhinya, tahapan-tahapan dakwah dan perkembangannya serta akibat-akibat yang diterima oleh mereka yang mempercayai dan golongan yang mendustakan. Misalnya kisah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Harun dan Isa.5
2.      Kisah-kisah menyangkut pribadi-pribadi dan golongan-golongan dengan segala kejadiannya yang dinukil oleh Allah untuk dijadikan pelajaran, seperti kisah Maryam, Lukman, Dzulqarnain, Qarun dan Ashabul kahfi.
3.      Kisah-kisah menyangkut peristiwa-peristiwa pada masa Rasulullah SAW. Seperti perang badar, perang uhud, perang ahzab,bani quraizah, bani nadzir dan zaid bin haritsah dengan abu lahab.6
Karakteristik kisah-kisah dalam al qur’an
Al qur’an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa-peristiwa secara berurutan (kronologis). Sebuah kisah terkadang berulang kali disebutkan dalam al qur,an dan dikemukakan dalam berbagai bentuk yang berbeda. Disatu tempat ada bagian-bagian yang didahulukan, sedang di tempat lain diakhirkan. Demikian pula terkadang dikemukakan secara ringkas dan kadang-kadang secara panjang lebar.
Penyajian kisah-kisah dalam al qur’an begitu rupa mengandung  beberapa hikmah. Di antaranya :
1.      Pertama, menjelaskan balaghah al qur’an dalam tingkat paling tinggi. Kisah yang berulang itu dikemukakan di setiap tempat dengan uslub yang berbeda satu dengan yang lain serta dituangkan dalam pola yang berlainan pula, sehingga tidak membuat orang merasa bosan karenannya, bahkan dapat menambah ke dalam jiwanya makna-makna baru yang tidak didapatkan di saat membacanya di tempat yang lain.
2.      Menunjukkan kehebatan al qur’an. Sebab, mengemukakan sesuatu makna dalam berbagai bentuk susunan kalimat di mana salah satu bentuk pun tidak dapat ditandingi oleh sastrawan arab, merupakan tantangan dahsyat dan bukti bahwa al qur’an itu datang dari Allah.
3.      Mengundang perhatian yang besar terhadap kisah tersebut agar pesan-pesannya lebih mantap dan melekat dalam jiwa. Hal ini karena pengulangan merupakan salah satu cara pengukuhan dan tanda betapa besarnya perhatian al qur’an terhadap masalah tersebut. Misalnya kisah Musa dengan Fir’aun. Kisah ini menggambarkan pergulatan sengit antara kebenaran dengan kebatilan.
4.      Penyajian seperti itu menunjukkan perbedaan tujuan yang karenannya kisah itu diungkapkan. Sebagian dari makna-maknanya diterangkan di satu tempat, karena hanya itulah yang diperlukan, sedangkan makna-makna lainnya dikemukakan di tempat yang lain, sesuai dengan tuntutan keadaan.

C.    TUJUAN KISAH DALAM AL QUR’AN
Cerita dalam al qur’an bukanlah suatu gubahan yang hanya bernilai sastera saja, baik gaya bahasa maupun cara menggambarkannya peristiwa-peristiwanya. Memang biasanya demikianlah wujudnya, cerita yang merupakan hasil kesusastraan murni. Bentuknya hanya semata-mata menggambarkan seni bahasa saja. Tetapi cerita dalam al qur’an merupakan salah satu media untuk mewujudkan tujuannya yang asli.
Jika dilihat dari keseluruhan kisah yang ada maka tujuan-tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut.
1.      Salah satu tujuan cerita itu ialah menetapkan adanya wahyu dan kerasulan. Dalam al qur’an tujuan ini diterangkan dengan jelas di antaranya dalam QS.12 : 2-3 dan QS 28 : 3. Sebelum mengutarakan cerita nabi musa, lebih dahulu al qur’an menegaskan, “kami membacakan kepadamu sebagian dari cerita Musa dan Fir’aun dengan sebenarnya untuk kamu yang beriman”. Dalam QS 3 : 44 pada permulaan cerita Maryam disebutkan, “itulah berita yang ghaib, yang kami wahyukan kepadamu”.
2.      Menerangkan bahwa agama semuanya dari Allah, dari masa Nabi Nuh sampai dengan masa Nabi Muhammad SAW, bahwa kaum muslimin semuanya merupakan satu umat. Bahwa Allah yang maha esa adalah tuhan bagi semuanya (QS 21 : 51-92).
3.      Menerangkan bahwa agama itu semuanya dasarnya satu dan itu semuanya dari tuhan yang Maha Esa (QS 7 : 59).
4.      Menerangkan bahwa cara yang ditempuh oleh nabi-nabi dalam berdakwah itu satu dan sambutan kaum mereka terhadap dakwahnya itu juga serupa (QS Hud).
5.      Menerangkan dasar yang sama antara agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad dengan agama Nabi Ibrahim As., secara khusus, dengan agama-agama bangsa israil pada umumnya dan menerangkan  bahwa hubungan ini lebih erat daripada hubungan yang umum antara semua agama. Keterangan ini berulang-ulang disebutkan dalam cerita Nabi Ibrahim, Musa dan Isa As.7.

D.    HIKMAH  KISAH-KISAH AL QUR’AN
          Kisah-kisah dalam al qur’an mempunyai banyak hikmah. Berikut ini beberapa hikmah terpenting diantaranya:
1.      Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah dan menjelaskan pokok-pokok syari’at yang dibawa oleh para Nabi:
“Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (Al Anbiya : 25)
2.      Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umat Muhammad atas agama Allah, memperkuat kepercayaan orang mukmin tentang menangnya kebenaran dan para pendukungnya serta hancurnya kebatilan dan para pembelanya.
“Dan semua kisah rasul-rasul yang kami ceritakan kepadamu, adalah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu; dan dalam surah ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (Hud : 120)
3.      Membenarkan para Nabi terdahulu, menghidupkan kenangan terhadap mereka serta mengabadikan jejak dan peninggalannya.
4.      Menampakkan kebenaran Muhammad dalam dakwahnya dengan apa yang diberitakannya tentang  hal ihwal orang-orang terdahulu di sepanjang kurun dan generasi.
5.      Menyibak kebohongan ahli kitab dengan hujjah yang membeberkan keterangan dan petunjuk yang mereka sembunyikan  dan menantang mereka dengan isi kitab mereka sendiri sebelum kitab itu diubah dan diganti. Misalnya firman Allah:
“Semua makanan adalah halal bagi bani israil melainkan makanan yang diharamkan oleh israil (ya’kub) untuk dirinya sendiri sebelum taurat diturunkan. Katakanlah: (jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum taurat), maka bawalah taurat itu, lalu bacalah ia jika kamu orang-orang yang benar.” (Ali imran :93)
6.      Kisah termasuk salah satu bentuk sastra yang dapat menarik perhatian para pendengar dan memantapkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya ke dalam jiwa. Firman Allah:
“Sesungguhnya pada kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal.” (Yusuf : 111).







BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari uraian makalah di atas kita dapat mengambil beberapa kesimpulan diantaranya:
1.      Alquran merupakan kitab suci umat Islam dan manusia seluruh alam yang tidak dapat diragukan kebenarannya dan berlaku sepanjang zaman, baik masa lalu, masa sekarang maupun masa yang akan datang.
2.      Sebagian isi kandungan dalam Alquran kebanyakan memuat tentang qashas (sejarah) umat-umat terdahulu sebagai bahan pelajaran bagi umat sekarang (umat Islam).
3.      Qashashul quran adalah kabar-kabar dalam Alquran tentang keadaan-keadaan umat yang telah lalu dan kenabian masa dahulu, serta peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.
4.      Tujuan kisah Alquran adalah untuk memberikan pengertian tentang sesuatu yang terjadi dengan sebenarnya dan agar dijadikan ibrah (pelajaran) untuk memperkokoh keimanan dan membimbing ke arah perbuatan yang baik dan benar.
5.      Karakteristik kisah al qur’an adalah Al qur’an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa-peristiwa secara berurutan (kronologis) dan tidak pula memaparkan kisah-kisah itu secara panjang lebar.
6.      Faedah kisah dalam Alquran adalah untuk dakwah menegakkan kalimat tauhid, membantah kebohongan kaum kafir serta menjadikannya sebagai pelajaran yang amat berharga bagi umat Islam.


DAFTAR PUSTAKA
Mahmud Syaltut, al-Islam Aqidah wa al-Syariah (Beirut: Dar al-Qalam, 1966), hlm. 11 murtadlo, ali ”QASHASHUL QUR’AN (Kisah-Kisah Dalam al-Quran)”
Ahmad warson munawwir, kamus al munawwir (Yogyakarta: UPBIK pondok pesantren krapyak, 1984), h. 1210.
Al khattan, manna’khalil, studi ilimu-ilmu al qur’an (Bogor; pustaka litera antarnusa, 1996) cetakan ke-3.
Ghirzin, muhammad “Al qur’an dan ulumul qur’an”.,h. 120

Tidak ada komentar:

Posting Komentar