BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Alquran merupakan kitab suci pedoman seluruh umat Islam yang memiliki
mukjizat paling besar. Oleh karena itu umat Islam perlu mengkaji lebih jauh
terkait isi kandungan Alquran sehingga akan diketahui hakekat makna dalam Alquran
itu. Untuk mengetahui kandungan Alquran itu diperlukan suatu metode keilmuan
yang dikenal dengan nama ulumul quran. Menurut
Az-Zarqani, ulumul quran merupakan suatu bidang studi yang membahas tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan Alquran, baik dilihat dari segi
turunnya, urutannya, pengumpulannya, penulisannya, bacaannya, penafsirannya,
kemu’jizatannya, nasikh mansukhnya, penolakan hal-hal yang menimbulkan keraguan
terhadap Alquran dan sebagainya.
Dalam Alquran terdapat beberapa pokok-pokok kandungan. Diantara
pokok-pokok kandungan Alquran adalah aqidah, syariah, akhlak, sejarah, iptek,
dan filsafat. Sebagian orang seperti Mahmud Syaltut, membagi pokok ajaran
Alquran menjadi dua pokok ajaran, yaitu Akidah dan Syariah.1 Namun sesuai
dengan tema makalah ini hanya akan dijelaskan secara lebih rinci terkait dengan
bidang sejarah. Kandungan Alquran
tentang sejarah atau kisah-kisah disebut dengan istilah Qashashul Quran
(kisah-kisah Alquran). Bahkan ayat-ayat yang berbicara tentang kisah jauh lebih
banyak ketimbang ayat-ayat yang berbicara tentang hukum. Hal ini memberikan
isyarat bahwa Alquran sangat perhatian terhadap masalah kisah, yang memang di
dalamnya banyak mengandung pelajaran (ibrah). Sesuai firman Allah yang artinya:
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang
yang mempunyai akal. Alquran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi
membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu dan
sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”.[QS yusuf : 111].
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN QASHASH AL QUR’AN
Dari segi bahasa, kata qashash berasal dari bahasa arab al qashshu atau
al qishshatu yang berarti cerita.3 dikatakan قَصَصْتُ أَثَرَهً artinya, “saya
mengikuti atau mencari jejaknya”. Kata al qashash adalah bentuk masdar. Firman
allah: فَارْتَدَّا عَلىٰ آثَارِهِمَاقَصَصًا (al kahfi :64). Dan firman allah
melalui lisan ibu musa: وَقَالَتْ لأُ خِتِهِ قُصِّيهِ (dan berkatalah ibu musa
kepada saudaranya yang perempuan: ikutilahdia.) [al qashash : 11]. Maksudnya,
ikutilah jejaknya sampai kamu melihat siapa yang mengambilnya. Qashash berarti berita yang berurutan.
Firman allah: إِنْ هَذَا لَهُوَالْقَصَصُ الْحَقُّ (sesungguhnya ini adalah
berita yang benar.) [ali imran : 62]. Sedang al qishah berarti urusan, berita,
perkara dan keadaan. Qashash al
qur’an adalah pemberitaan qur’an tentang hal ihwal umat yang telah lalu,
nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.4
B. MACAM-MACAM KISAH DALAM AL QUR’AN
Kisah-kisah dalam
al qur’an ada tiga macam.
1.
Kisah para Nabi terdahulu. Kisah ini mengandung
informasi mengenai dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat yang
memperkuat dakwahnya, sikap orang-orang yang memusuhinya, tahapan-tahapan
dakwah dan perkembangannya serta akibat-akibat yang diterima oleh mereka yang
mempercayai dan golongan yang mendustakan. Misalnya kisah Nabi Nuh, Ibrahim,
Musa, Harun dan Isa.5
2.
Kisah-kisah menyangkut pribadi-pribadi dan
golongan-golongan dengan segala kejadiannya yang dinukil oleh Allah untuk
dijadikan pelajaran, seperti kisah Maryam, Lukman, Dzulqarnain, Qarun dan
Ashabul kahfi.
3.
Kisah-kisah menyangkut peristiwa-peristiwa pada
masa Rasulullah SAW. Seperti perang badar, perang uhud, perang ahzab,bani
quraizah, bani nadzir dan zaid bin haritsah dengan abu lahab.6
Karakteristik
kisah-kisah dalam al qur’an
Al qur’an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa-peristiwa secara
berurutan (kronologis). Sebuah kisah terkadang berulang kali disebutkan dalam
al qur,an dan dikemukakan dalam berbagai bentuk yang berbeda. Disatu tempat ada
bagian-bagian yang didahulukan, sedang di tempat lain diakhirkan. Demikian pula
terkadang dikemukakan secara ringkas dan kadang-kadang secara panjang lebar.
Penyajian kisah-kisah dalam al qur’an begitu rupa mengandung beberapa hikmah. Di antaranya :
1.
Pertama, menjelaskan balaghah al qur’an dalam
tingkat paling tinggi. Kisah yang berulang itu dikemukakan di setiap tempat
dengan uslub yang berbeda satu dengan yang lain serta dituangkan dalam pola
yang berlainan pula, sehingga tidak membuat orang merasa bosan karenannya,
bahkan dapat menambah ke dalam jiwanya makna-makna baru yang tidak didapatkan
di saat membacanya di tempat yang lain.
2.
Menunjukkan kehebatan al qur’an. Sebab,
mengemukakan sesuatu makna dalam berbagai bentuk susunan kalimat di mana salah
satu bentuk pun tidak dapat ditandingi oleh sastrawan arab, merupakan tantangan
dahsyat dan bukti bahwa al qur’an itu datang dari Allah.
3.
Mengundang perhatian yang besar terhadap kisah
tersebut agar pesan-pesannya lebih mantap dan melekat dalam jiwa. Hal ini
karena pengulangan merupakan salah satu cara pengukuhan dan tanda betapa
besarnya perhatian al qur’an terhadap masalah tersebut. Misalnya kisah Musa
dengan Fir’aun. Kisah ini menggambarkan pergulatan sengit antara kebenaran
dengan kebatilan.
4.
Penyajian seperti itu menunjukkan perbedaan
tujuan yang karenannya kisah itu diungkapkan. Sebagian dari makna-maknanya
diterangkan di satu tempat, karena hanya itulah yang diperlukan, sedangkan
makna-makna lainnya dikemukakan di tempat yang lain, sesuai dengan tuntutan
keadaan.
C. TUJUAN KISAH DALAM AL QUR’AN
Cerita dalam al qur’an bukanlah suatu gubahan yang hanya bernilai sastera
saja, baik gaya bahasa maupun cara menggambarkannya peristiwa-peristiwanya.
Memang biasanya demikianlah wujudnya, cerita yang merupakan hasil kesusastraan
murni. Bentuknya hanya semata-mata menggambarkan seni bahasa saja. Tetapi
cerita dalam al qur’an merupakan salah satu media untuk mewujudkan tujuannya
yang asli.
Jika dilihat dari keseluruhan kisah yang ada maka tujuan-tujuan tersebut
dapat dirinci sebagai berikut.
1.
Salah
satu tujuan cerita itu ialah menetapkan adanya wahyu dan kerasulan. Dalam al
qur’an tujuan ini diterangkan dengan jelas di antaranya dalam QS.12 : 2-3 dan
QS 28 : 3. Sebelum mengutarakan cerita nabi musa, lebih dahulu al qur’an
menegaskan, “kami membacakan kepadamu sebagian dari cerita Musa dan Fir’aun
dengan sebenarnya untuk kamu yang beriman”. Dalam QS 3 : 44 pada permulaan
cerita Maryam disebutkan, “itulah berita yang ghaib, yang kami wahyukan
kepadamu”.
2.
Menerangkan bahwa agama semuanya dari Allah,
dari masa Nabi Nuh sampai dengan masa Nabi Muhammad SAW, bahwa kaum muslimin
semuanya merupakan satu umat. Bahwa Allah yang maha esa adalah tuhan bagi
semuanya (QS 21 : 51-92).
3.
Menerangkan bahwa agama itu semuanya dasarnya
satu dan itu semuanya dari tuhan yang Maha Esa (QS 7 : 59).
4.
Menerangkan bahwa cara yang ditempuh oleh
nabi-nabi dalam berdakwah itu satu dan sambutan kaum mereka terhadap dakwahnya
itu juga serupa (QS Hud).
5.
Menerangkan dasar yang sama antara agama yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad dengan agama Nabi Ibrahim As., secara khusus,
dengan agama-agama bangsa israil pada umumnya dan menerangkan bahwa hubungan ini lebih erat daripada
hubungan yang umum antara semua agama. Keterangan ini berulang-ulang disebutkan
dalam cerita Nabi Ibrahim, Musa dan Isa As.7.
D. HIKMAH
KISAH-KISAH AL QUR’AN
Kisah-kisah dalam al qur’an mempunyai
banyak hikmah. Berikut ini beberapa hikmah terpenting diantaranya:
1.
Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah dan
menjelaskan pokok-pokok syari’at yang dibawa oleh para Nabi:
“Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun
sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan selain
Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (Al Anbiya : 25)
2.
Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umat
Muhammad atas agama Allah, memperkuat kepercayaan orang mukmin tentang
menangnya kebenaran dan para pendukungnya serta hancurnya kebatilan dan para
pembelanya.
“Dan semua kisah rasul-rasul yang kami
ceritakan kepadamu, adalah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu; dan
dalam surah ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan
bagi orang-orang yang beriman.” (Hud : 120)
3.
Membenarkan para Nabi terdahulu, menghidupkan
kenangan terhadap mereka serta mengabadikan jejak dan peninggalannya.
4.
Menampakkan kebenaran Muhammad dalam dakwahnya
dengan apa yang diberitakannya tentang
hal ihwal orang-orang terdahulu di sepanjang kurun dan generasi.
5.
Menyibak kebohongan ahli kitab dengan hujjah
yang membeberkan keterangan dan petunjuk yang mereka sembunyikan dan menantang mereka dengan isi kitab mereka
sendiri sebelum kitab itu diubah dan diganti. Misalnya firman Allah:
“Semua makanan adalah halal bagi bani israil
melainkan makanan yang diharamkan oleh israil (ya’kub) untuk dirinya sendiri
sebelum taurat diturunkan. Katakanlah: (jika kamu mengatakan ada makanan yang
diharamkan sebelum taurat), maka bawalah taurat itu, lalu bacalah ia jika kamu
orang-orang yang benar.” (Ali imran :93)
6.
Kisah termasuk salah satu bentuk sastra yang
dapat menarik perhatian para pendengar dan memantapkan pesan-pesan yang
terkandung di dalamnya ke dalam jiwa. Firman Allah:
“Sesungguhnya pada kisah mereka itu terdapat
pelajaran bagi orang-orang yang berakal.” (Yusuf : 111).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian
makalah di atas kita dapat mengambil beberapa kesimpulan diantaranya:
1.
Alquran merupakan kitab suci umat Islam dan
manusia seluruh alam yang tidak dapat diragukan kebenarannya dan berlaku
sepanjang zaman, baik masa lalu, masa sekarang maupun masa yang akan datang.
2.
Sebagian isi kandungan dalam Alquran kebanyakan
memuat tentang qashas (sejarah) umat-umat terdahulu sebagai bahan pelajaran
bagi umat sekarang (umat Islam).
3.
Qashashul quran adalah kabar-kabar dalam Alquran
tentang keadaan-keadaan umat yang telah lalu dan kenabian masa dahulu, serta
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.
4.
Tujuan kisah Alquran adalah untuk memberikan
pengertian tentang sesuatu yang terjadi dengan sebenarnya dan agar dijadikan
ibrah (pelajaran) untuk memperkokoh keimanan dan membimbing ke arah perbuatan
yang baik dan benar.
5.
Karakteristik kisah al qur’an adalah Al qur’an
tidak menceritakan kejadian dan peristiwa-peristiwa secara berurutan
(kronologis) dan tidak pula memaparkan kisah-kisah itu secara panjang lebar.
6.
Faedah kisah dalam Alquran adalah untuk dakwah
menegakkan kalimat tauhid, membantah kebohongan kaum kafir serta menjadikannya
sebagai pelajaran yang amat berharga bagi umat Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Mahmud Syaltut, al-Islam Aqidah wa al-Syariah (Beirut: Dar al-Qalam,
1966), hlm. 11 murtadlo, ali ”QASHASHUL QUR’AN (Kisah-Kisah Dalam
al-Quran)”
Ahmad warson munawwir, kamus al munawwir (Yogyakarta: UPBIK pondok
pesantren krapyak, 1984), h. 1210.
Al khattan, manna’khalil, studi ilimu-ilmu al qur’an (Bogor; pustaka
litera antarnusa, 1996) cetakan ke-3.
Ghirzin, muhammad “Al qur’an dan ulumul qur’an”.,h. 120
Tidak ada komentar:
Posting Komentar